Kamis, 13 Januari 2011

Tentang Seorang Pengamen Kecil....

 "P E N G A M E N"

Apa yang ada dibenakmu ketika mendengar kata itu?

Biasanya kita cenderung memandang sebelah mata
Menganggap mereka tak lebih dari sekedar anak-anak jalanan yang tak mengenal istilah "kerja keras" karena seringkali hanya dengan bermodalkan kemampuan bermusik minimalis dan kekuatan vokal seadanya mereka memaksa kita merogoh saku kita..
(Maaf..tentunya ada yang tidak sepenuhnya begitu)

Seringkali kita melajurkan mereka di tepian barisan orang-orang terbuang dan tersisih..

Namun, ternyata aku sungguh-sungguh terperangah ketika mengenal satu sosok pengamen yang "tidak biasa"


 
Si Pengamen Kecil itu....

"Hey Pengamen Kecil, apa kabarmu?"
Ku dengar engkau masih bersemangat melanjutkan belajarmu di SMA
(atau barangkali SMK?).
Tahukah kau itu  sungguh membanggakanku?
Di antara teman-temanmu yang merasa belajar hanyalah sekedar rutinitas dan kewajiban semata, engkau mendobraknya dengan satu keinginan belajarmu, karena engkau merasa "butuh". Meski terkadang engkau tertatih mengeja ilmu-ilmu, namun itu tak memadamkan hasratmu..

"Hey pengamen kecil, apa kabarmu?"
Masihkah engkau selalu tersenyum menghadapi pahit-getirnya hidupmu?
Di antara mereka yang merasa bangga karena merasa ikut menjadi tuan atas harta orang tua mereka, engkau mampu bersyukur atas setiap keping logam uang yang engkau genggam diatas derai keringatmu sepanjang siang hingga senja menjelang malam. Bertarung melawan nasib di sudut perempatan itu, sesaat setelah engkau melepas seragam sekolahmu..

"Hey Pengamen Kecil, apa kabarmu?"
Entah mengapa aku suka menjulukimu begitu. Seharusnya aku tak memanggilmu seperti itu lagi. Mungkin karena yang terekam dibenakku hanyalah ingatanku tentang seorang pengamen kecil itu. Maaf..terlebih engkau kini tengah beranjak remaja. Ya..menjadi seorang gadis dewasa! Dan lagi, aku belum pernah mengenalimu lebih dekat lagi. Karena ketika itu aku masih membagi ilmu di satu jenjang kelas di bawahmu. Engkau sedang menjelang penantian meraih kelulusanmu kala itu. Akupun semakin salut ketika engkau akhirnya melewatinya dengan perjuanganmu sendiri..

"Hey Pengamen Kecil, apa kabarmu?"
Masihkah engkau selalu bersahaja seperti dulu?
Suatu ketika engkau membuatku tersentak haru, ketika kau datang bersama ibumu menghadap walikelasmu dengan membawa sekantung plastik penuh uang logam recehmu, demi melunasi tunggakan biaya karyawisatamu. Bayangan itu masih tertanam dalam begitu jelas..
Ya.. aku tertunduk malu, ketika teringat saat seusiamu aku masih menengadahkan tangan di depan ayah-ibuku, sedangkan engkau sudah mengerti bahwa hidup tak pernah semudah membalikkan telapak tangan kecilmu..

"Hey Pengamen Kecil, apa kabarmu?"
Terimakasih engkau mengajariku bahwa hidup takkan pernah membanggakan selama kita masih menjadi BENALU....

[senjakala;14102010]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar