Jumat, 30 September 2011

Tentang Kau & Asa..

Jika kau sempat..

by Ophets Petrush Cannisius on Wednesday, June 1, 2011 at 6:14pm





Jika kau sempat menatap ufuk barat kala senja

Kan kau dapati rona jingga

Menjadi busur panah bumi
 
Yang 'kan melesatkan bermilyar-milyar mimpi ke angkasa

Di malam yang terjelang setelahnya..


Jika kau sempat menatap ufuk timur kala fajar

Kan kau temui rona merah

Menyalakan Cahaya Hari
 
Yang 'kan menghidupkan bermilyar-milyar asa

Yang belum juga surut mengikuti kata hati..




 

"Matahari"

by Ophets Petrush Cannisius on Friday, April 8, 2011 at 8:52am


Aku adalah Matahari..

Aku akan selalu mengarahkan pandang dan langkahku ke ufuk barat bumi..
Karena aku mengerti perjalananku tak hanya berujung disitu..

Aku adalah Matahari..


Aku takkan pernah lelah mengikuti jejak Rembulan meski Bumi tak bergeming menghalangiku..
Karena aku mengerti tanpa hadirku, Rembulan & Bintang2 tak kan mampu mengindahkan damainya malam..

Aku adalah Matahari..
Aku harus tetap bersinar..

[untuk satu kehidupan]


Senyawaku..

by Ophets Petrush Cannisius on Sunday, May 29, 2011 at 8:54pm

Senyawaku adalah waktu yang bermula dan berputar tanpa jeda
Bukan sejarah yang hilang terlupa..
Senyawaku adalah alam tanpa sekat
Bukan ruang beku berdinding sempit..
Senyawaku adalah keberadaan
Bukan ketiadaan..
Senyawaku adalah mimpi-mimpi
Bukan asa yang hilang terserak..
Senyawaku adalah nyanyian kehidupan
Bukan sesumbar keangkuhan..

Senin, 13 Juni 2011

 

 

"Pojok Pasar Klewer"

Thursday, May 19, 2011 at 4:22pm
Tiba-tiba teringat tentang suatu tempat di salah satu sudut kota ini. Suatu ruangan dua lantai berukuran sekitar 4x4 m2. Lantai dasar menjadi ruang tidur sekaligus ruang makan dan ruang TV, sedangkan lantai atas menjadi gudang dan tempat menggantung pakaian jemuran berlantai kayu jati (loteng) berjendela satu mengarah ke timur. Aku bisa melihat kemegahan Mesjid Agung kebanggaan Kota Solo dari jendela itu..

Sebenarnya ruangan itu merupakan Ruko yang dialih-fungsikan menjadi tempat tinggal sepasang Kakek-Nenek ( Nenek itu Mbakyu dari Mbah Putriku). Berada di sudut suatu ruangan besar yang menjadi tempat Penitipan Sepeda terbesar di daerah itu pada masanya, dimana Mbah Kakung yang menjadi Kepala Penjaganya. Sedangkan Mbah Putri membawahi sebuah Rumah Makan di Terminal Tirtonadi (mereka berdua menjadi tangan kanan kepercayaan Juragannya). Satu tempat yang berada di pojok barat laut perempatan barat Pasar Klewer. Keluargaku sering menghabiskan waktu liburan sekolah TK-SMP di tempat itu. Berkunjung ke tempat mereka menjadi agenda menyenangkan bagiku tentunya.   Semoga bagi mereka berdua juga, mengingat mereka tidak dikaruniai putra dan tentunya tidak bercucu. Nongkrong di depan Penitipan Sepeda, menyaksikan lalu-lalang kendaraan dan manusia kota selalu menarik bagiku..

Hhhh... tanpa terasa sudah berpuluh tahun kenangan itu berlalu. Namun aku masih sangat mengenali aroma ruangan itu, yang nyaris pengap di tengah bisingnya kota masih sangat mengenali teh yang dulu kuanggap berasa "kota", tapi belakangan kutahu ternyata "kaporit" yang membuatnya terasa beda. Ditambah dengan beragam menu lezat tersaji di meja makan dan masih banyak jajanan lain menunggu dijemput di sekitaran Pasar Klewer. Hmm.. berasa di surga kecil bagiku kala itu..

Mbah Kakung lebih dulu meninggal. Sepeninggal suaminya itu, Mbah Putri menjadi seperti orang yang kebingungan. Mungkin lebih mudah jika diistilahkan mulai "pikun". Mulai lupa dimana menaruh barang dan hartanya, mulai ngga' nyambung jika diajak bercakap-cakap, bahkan mulai sedikit demi sedikit melupakan wajah-wajah kami. Hingga beberapa tahun kemudian beliau diasuh di rumah Mbah Lik (adiknya yg terkecil yang juga adiknya Mbah Putriku)

Akhirnya beliau menghabiskan saat terakhirnya jauh dari bisingnya Kota Solo di sebuah kota kecil Delanggu, di rumah keluargaku, karena saat itu Mbah Lik dan istrinya juga mulai kewalahan merawatnya dan mereka juga mulai sakit-sakitan. Beliau dirawat ibuku hingga saatnya beliau menyusul suaminya ke alam kekal..

Saat ini aku sungguh-sungguh merindukan mereka berdua.. doaku selalu teriring..

[Thursday, May 19, 2011 at 4:22pm|suatu sore di sudut Kota Solo]

Jumat, 10 Juni 2011

Tentang PINTU


PINTU..

Pintu adalah suatu katup penyekat yang digunakan untuk membatasi bagian dalam ruang dengan bagian luar ruang, atau untuk menghubungkan ruang satu dengan ruang yang lainnya..

Ada pintu yang terbuat dari bahan yang mudah rapuh, namun ada juga yang terbuat dari bahan terkuat yang pernah ada di dunia..

Setiap pintu memiliki beragam cara untuk membukanya..
Ada pintu yang dibuka dengan cara ditarik ke belakang, didorong ke depan, digeser ke samping, diangkat ke atas, atau ditekan ke bawah..




Ada pintu yang bisa dengan mudah dibuka, namun ada juga pintu yang tidak bisa dibuka dengan mudah, karena memerlukan cara tersendiri, kunci khusus, kode rahasia, atau bahkan dengan sandi tertentu..

Namun yang terpasti, dari awal mula manusia menciptakannya, semua pintu pasti dibuat untuk bisa dibuka kembali..





"Semakin rapat dan semakin kuat suatu pintu, biasanya menandakan semakin bernilai dan berharga sesuatu di sebaliknya.."



Bagaimana kalau sekarang kita mengganti kata "PINTU" dengan kata "KESEMPATAN"?

Semoga kita bisa mensikapi setiap KESEMPATAN sama halnya ketika kita menghadapi setiap PINTU di depan kita..
Meyakinkan diri bahwa setiap PINTU pasti bisa DIBUKA..
Bukankah berarti tinggal sebagaimana jerih payah kita menemukan cara khusus, kunci tersendiri, kode rahasia, atau sandi tertentu?


Senin, 02 Mei 2011

Hanya Tentang Kaos..



 
Kaos????

Ya... hanya sekedar mengamati, kemudian ingin mencoba bercerita (sedikit saja) mengenai kaos..
Mungkin jarang teramati oleh kita tentang pemakaian kaos yang juga kita kenali sebagai T-Shirt. Hal yang menarik disini bahwa ternyata ada sisi-sisi yang sepertinya bisa menjadi bahan permenungan kita bersama.. semoga..




Pertama; Tentang alasan kenyamanan pemakaiannya..
Memang menurut pendapat saya, kaos adalah baju ternyaman nomor 1 sedunia (he2 kalo ada yang ngga' setuju boleh protes kok..) karena bahannya yang nyaman di badan dan modelnya yang ngga' pernah kuno dan selalu up to date, maka dari anak-anak kecil sampai kakek-nenek pun memakainya..

Kedua; Tentang pemilihan warnanya..
Semua orang pasti memiliki selera yang beragam juga mengenai warna kaos, dan pasti jarang sekali yang tiba-tiba mau mengenakan kaos dengan warna yang bukan favoritnya. Sebagai contoh sebagian besar kaum pria cenderung menyukai warna-warna gelap dan sebagian besar kaum perempuan lebih menyukai warna-warna soft (dan itupun ternyata juga tidak berlaku mutlak...ckckckck!)

Ketiga; Tentang pertimbangan design-nya..
Nah! Kalo yang ini biasanya anak-anak muda paling ribet, nich!
Ada yang bener-bener memilih dengan teliti gambar atau tulisan apa yang tertera di kaosnya karena mereka sudah beranggapan bahwa "You are what you wear". Mereka berpendapat bahwa warna kaos dan design-nya adalah ciri khas yang sudah menjadi identitasnya. Misalnya saja penggemar berat sepakbola, biasanya lebih menyukai kaos yang bertemakan klub sepakbola favoritnya. Para groupiest pun pasti memilih mengenakan kaos yang bergambar logo band atau pemain band idolanya. Ada yang lebih menyukai kaos yang bener-bener polos tanpa gambar apapun. Tapi ada juga yang bener-bener cuek dan ngga' mau ambil pusing mengenai kaos model apa dan yang bertuliskan pun bergambar apa, yang terpenting kaos.. itu saja! Entah berisi iklan, gambar lambang partai, atau apapun.(misalnya bapak2 tani yang suka macul di sawah itu lho.. he2)




Hmm.. Kaos..kaos..dan hanya kaos..
Sebenarnya intisari yang ingin saya sampaikan hanya sederhana saja kok..
Ternyata bahkan hanya dari sekedar kaos saja kita bisa mengetahui banyak sekali motivasi pemakaiannya. Semoga dari situ bisa terpetik satu pemikiran

betapa beragamnya manusia-manusia dunia ini.

Sebagai bahan permenungan kita..
Pasti ada alasan mengapa kita diciptakan'Nya dengan segala perbedaan..
Apakah salah jika kita yang bahkan dari awal sudah diciptakan berbeda-beda?






Kamis, 10 Februari 2011

"Tentang Aku & S.E.A Theatre.."



Yang kurasakan pada masa-masa itu..
Yang kukenang tentang setiap peristiwa yang kualami..
Yang akan kurindukan mulai detik ini juga..

Ketika aku bebas melakukan segala sesuatu yang semula kuanggap hanya sebatas anganku..
(Berproses, latihan, berkreasi, berpentas, demam panggung, disaksikan banyak orang)

Ketika ternyata aku mampu melakukan apa saja yang tak pernah kusadari sebelumnya..
(Main cello gesek, main biola, main perkusi, main bass akustik/elektrik, menulis lirik lagu, menciptakan lagu, mengaransemen lagu, berpuisi, berakting, "bercas-cis-cus" in English ofcourse,  membuat set pentas, bahkan sempat menjadi sutradara "kacangan" juga..he2)

Ketika ternyata keterbatasan justru memicu kreatifitas kita..
(Saat kawat "bendrat" menjadi pengikat multifungsi, kardus dan sak semen beradu menjadi set panggung, bangku kuliah usang menjadi "bancik", sekat aula gedung E "mrotholi" satu-persatu menjadi kusen pintu panggung, bambu dan papan "klepto" proyek gedung sebelah menjadi properti pentas, bahkan kain spanduk dan karung goni pun menjadi kostum pemain)

Ketika aku bersahabat dengan suatu kebersamaan yang begitu erat dan akrab dalam segala hitam-putihnya..
(Saat latihan bareng hingga titik jenuh "akut", "nge'Hik" bareng di sela jadwal latihan, mengenal dan belajar memahami beragam karakter kita masing2, beradu argumen dalam rapat kepanitiaan/ pengurus/ produksi, terpontang-panting nyari sponsor dan donatur, "bergaul" dengan para birokrat kampus, bertukar ide kreatif mengenai setting pentas, berakrab dengan saudara2 teater lain sambil mencari referensi pinjaman alat pentas tentunya, berpetualang menyebar pamflet dan memasang spanduk di seantero kampus dan sudut2 kota, tidur di areal lapangan parkir kampus, menyatukan genggaman tangan dan meneriakkan yel2 pengobar semangat, melampiskan emosi sampai "misuh2" bareng, bahkan terkadang tanpa sadar menunjukkan sisi "cengeng" kita dengan tiba2 menangis tanpa sebab pasti..hiks)

Dan aku masih membawa rasa bangga  semasa menjadi bagian kebersamaan itu hingga kini..
Dan segala kenangan itu kini terbingkai indah menghias salah satu sudut hatiku..
Dan kerinduanku akan senatiasa menjadi ungkapan terimakasihku yang mengalir tanpa henti mulai detik ini juga..




[From "Riders to the Sea" story 'till "Can't Pay? Won't Pay" story | 2003-2010]

Sabtu, 05 Februari 2011

Tentang Cintakasih Manusia..

Filosofi Bunga Mawar..

"MAWAR akan tetap seindah dan sewangi seperti yang kita kenali, meskipun kelak di kemudian hari ada yang mencoba mengganti namanya dengan SAMPAH." [ophetsystem]

Suatu ketika ada seorang temanku yang bercerita tentang Sang Bunga Mawar..

Hampir setiap orang pernah merasakan jatuh cinta. Dikisahkan ada seorang pemuda yang sedang mengalaminya. Ia merasakan jatuh cinta kepada seseorang gadis yang menjadi pujaan hatinya. Seorang sahabatnya menyarankan kepadanya, "Katakan saja dengan bunga..".

Dan akhirnya Sang Pemuda itu berangkat menemui Sang Gadis pujaan hatinya, membawa seikat Bunga Mawar dalam genggamannya. Ia pun juga menyisipkan sebingkai pesan yang ditulisnya pada secarik kertas, "Tersenyumlah Puteri, maka semerbak keindahan Bunga Mawar ini akan terpecundangi.."

Betapa bahagianya Sang Pemuda tadi ketika mengetahui bahwa Sang Gadis pujaan hatinya itu ternyata menyimpan perasaan serupa terhadapnya. Cinta Sang Pemuda  itu bersambut dengan diterimanya seikat Bunga Mawar kedalam pelukan Sang Gadis. Mereka berdua akhirnya menjadi sepasang kekasih yang tengah dilingkupi kebahagian yang luar biasa..

Namun keesokan harinya, sungguh menjadi keterbalikan yang jauh berbeda dengan apa yang dirasakan Sang Pemuda di hari sebelumnya. Ketika fajar baru saja menyingsing, ia mendapati Ibundanya yang tanpa ada pertanda apapun sebelumnya dipanggil menghadap Sang Pencipta masih dalam keadaan tertidur dalam damai. Betapa hancurnya hati Sang Pemuda itu tak dapat terlukiskan..

Siang harinya, awan mendung pun seolah mengiringi langkah Sang Pemuda itu mengantarkan jenazah Ibunda Tercintanya bersama kekasih, kerabat, dan sahabat-sahabatnya ke tempat peristirahatan terakhirnya. Dalam kesedihannya yang terdalam, Sang Pemuda itu mengucapkan salam perpisahannya kepada Ibunda Tercinta dengan lirih doa'nya yang terbata tersayat tangis. Sebelum beranjak pergi, Sang Pemuda itu menaburkan bunga diatas pusara Ibunda Tercintanya bersama dengan orang-orang terkasih lainnya...
Dan bunga yang tertabur itupun ternyata adalah Bunga Mawar..



 Bunga Mawar yang terikat....

  
  Bunga Mawar yang tertabur....


Dalam situasi yang berbeda
Sang Bunga Mawar menjadi penanda perasaan cintakasih yang terdalam..

Semoga kita dimampukan untuk selalu menjadi
"Sang Bunga Mawar"
Dimanapun dan kapanpun kita berada
Di tengah keadaan apapun juga
Betapa indahnya jika keberadaan kita mampu menunjukkan bahwa ada
CINTAKASIH
yang tengah menaungi kebersamaan itu..

Memang bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan
Namun bukankah duri-duri tajam Sang Bunga Mawar pun mengisyaratkan
CINTAKASIH SEJATI MEMBUTUHKAN PENGORBANAN?

Rabu, 26 Januari 2011

Tentang Kenangan....

"Seringkali kita mengharapkan suatu kenangan terulang kembali, namun akhirnya kita menyadari bahwa kenangan adalah waktu yang tak mungkin berputar kembali"

"Redam"

Kedua kaki rapuh ini masih menumpu penat beban
Belum lagi usai detak langkahnya terngiang-ngiang
Dan ternyata derap waktu kembali berbaur dengan rentetan nyanyian kehidupan
Tanpa tabir....
Tanpa sekat....
Kudengar derunya berpadu
Hingga aku tak bisa membedakan iramanya

Sedang aku belum juga bangkit dari palung khayalan
Masih berharap halusinasi itu menyatakan wujudnya

Entah keseberapa kian kalinya aku mencoba mencecerkan luapan hasrat itu
Ke tepian jalan di tempat aku bersinggah...

P e r c i k  d e m i  p e r c i k . . . .

Namun yang terjadi dan tanpa kusadari sebelumnya
Percikan-percikan itu ternyata menumbuhkan pohon-pohon kenangan
Yang semakin lama kian merindang saat kutinggalkan jejak menjauh....

Saat ini aku mencoba kembali melintasi jalan yang sama
Dan yang terhampar di hadap pandangku adalah belantara hijau kenangan
Tanpa setapak jalanpun yang tersisa untuk kulewati 


Selasa, 25 Januari 2011

Tentang Hujan..



"Sekali-sekali perhatikanlah hujan!"

"Sekali-kali perhatikanlah hujan!", pintanya...
Bagaimana milyaran titik air itu tercurah dari langit
Selayak ingin membasuh bumi yang kegerahan
Menawarkan dingin udara yang 'kan gigilkan hingar-bingarnya hari
Bagaimana redup awan mampu membinasakan garangnya Sang Dewa Surya yang coba hanguskan separuh lingkaran arcapada

"Sekali-kali perhatikanlah hujan!", pintanya...
Seperti saat ini...
Saat sepasang anak kecil itu berlarian dibawah hujan
Mereka menari lepas diiringi ritmik curahnya yang gemuruh
Membebaskan diri dari belenggu apapun juga
Meski mereka tahu, sehabis ini mungkin ribuan hardik cacian 'kan mereka terima berikut demam yang bakal mengusik tidur malammya

"Sekali-kali perhatikanlah hujan!", pintanya...
"Pasti aku 'kan ada disana.", katanya sebelum mengakhiri perjumpaan kami
Ketika kristal-kristal air itu menjelma layar keperak-perakan raksasa di depanku
Ia belum pernah berdusta padaku, dan mungkin tak'kan pernah
Dan sungguh...
Kulihat dia ikut menari, berlari, dan tertawa lepas bersama sepasang anak kecil itu
Dan melintas di depanku...

[November, 2007]

Hujan..


Aku tak'kan pernah mengerti kepastian hadirmu..
Seperti manusia2 lainnya;
Ada yang mensyukuri hadirmu, namun tak jarang pula yang mencaci-makimu..
Ada yang ingit memutar ulang kenangan bersamamu, ada juga yang berusaha menghanyutkan kenangannya dengan curahan airmu..
Ada yang telah sedia membuka payungnya, ada pula yang justru senang bermandikan segarnya airmu..
Bahkan ada yang justru tak mempedulikan samasekali apakah kau ada atau tiada.. 
Saturday, April 23, 2011 at 3:45am


HUJANU4RI

Selalu saja ia berusaha menyita perhatian 

Dengan lukisan berwarna sendu titik-titik beningnya yang memagari bentang cakrawala; 
Dengan alunan nada gemerciknya yang terlantun saat menyentuh setiap jengkal wajah bumi; 
Dengan suatu kisah yang dibisikkan anginnya yang belum lelah jua mengembara; 
Dan dengan dingin nafasnya yang gigilkan raga.. 


Adakah yang kau coba siratkan?


Friday, January 4, 2013 at 4:06pm


JANGAN - JANGAN

Jangan jatuh cinta di saat hujan tiba
Karena hujan terbawa oleh hembusan  helai-helai kerinduan yang melenakan
Maka ketika ia berlalu, kau pasti akan merasa sangat kehilangan di kepergiannya

Jangan tertawa lepas di saat hujan tiba
Karena hujan tersusun dari riuh-rendah suara tak bernada yang menjejali telinga
Maka ketika ia datang, gelakmu akan teredam di gemuruhnya

Jangan bersedih di saat hujan tiba
Karena hujan tercipta dari bulir-bulir kenangan yang terjatuh dan lalu mengalir tak tentu arah
Maka ketika ia turun, dukamu akan kian hanyut terlarut di dalamnya

Jangan marah di saat hujan tiba
Karena hujan terbangun dari kokohnya dinding-dinding hawa dingin yang mengurung
Maka ketika ia menderas, hatimu akan kian mengeras membeku di tengahnya

Namun jangan sebegitu-mudahnya percaya
Karena bisa jadi semua itu hanya perasaanmu saja..

04032016

* Pagi ini tidak turun hujan



Senin, 24 Januari 2011

Tentang Kesetiaan Bersahaja..


"Filosofi Bunga Kamboja"

Tak seindah mawar..
Tak sewangi melati..
Hanya sekedar bunga yang melengkapi kehampaan
diantara beribu sunyi yang nyata di depan mata..

Tak secantik mawar..
Tak sesuci melati..
Begitu sederhana dan bersahaja di tengah gemerlap dunia
Terserak tanpa tersentuh, hanya derai angin yang menyapa hingga luruh..

Tak seanggun mawar..
Tak seelok melati..
Namun hanya ia yang bersedia menaburkan dengan rela kelopak-kelopaknya tanpa mengenal hari
Hanya ia yang 'kan selalu setia mengharumi, ketika akhirnya tak seorangpun yang tersisa datang menaburkan mawar pun melati..

Diatas pusaramu..

[060410]

Sabtu, 22 Januari 2011

Tentang Perpisahan....





"Kereta Senja"


Senjakala perlahan meredup...
Teriring semburat lembayung di tepi barat bumi
Kereta tua itu singgah lagi di stasiun kecil yang semakin uzur pula didera masa
Masih dengan lenguhan bising mesin yang sama
Bahkan polesan warna barunya pun tak mampu menyembunyikan kerentaan usianya
Kereta tua itu masih saja menumpu beban silih berganti, entah beribu-ribu, bahkan berjuta-juta jiwa yang tak pernah berhenti menghela nasibnya
Karena kehidupan ternyata belum jua berujung di satu senja ini

Dan pemandangan yang senada itu belum lagi tergantikan
Ada mata yang sembab berkaca-kaca
Ada jabat erat dan peluk haru
Ada kata-kata tertahan
Ada lambaian tangan
Ada kerinduan yang tertinggal
Ada satu harap perjumpaan kembali
Di stasiun kecil ini lagi...

Kereta tua itu mulai beranjak meninggalkan stasiun kecil ini
Perlahan namun begitu pasti
Menelusuri rel yang seolah menjadi garis takdirnya mengarah
Diantara derit roda-roda baja yang kian lama kian cepat berputar
Dan ia meraung, membekaskan perpisahan sembari memecah hening senjakala
Jejak hitam kepulan asap cerobongnya selayak ingin menyampaikan pesan tersirat
Kereta senja itu masih ingin mengulang nuansa senja ini kembali...

[suatu senja, Oktober 2007]



Rabu, 19 Januari 2011

metamorfozAku..

Setiap manusia pasti mengalami perubahan-perubahan seiring perjalanan usia
Ada yang memilih berubah menjadi lebih baik, adapula yang justru memilih kebalikannya
Semua pilihan, pada hakekatnya hanya manusia itu sendiri yang dapat menentukan

PASTIKAN kita tak menyesali pilihan yang kita PASTIKAN






Jalan inilah yang ku tempuh....


Seumpama daun....
Aku ingin menjadikan keindahan yang menyejukkan dengan kuncup-kuncup mudaku
Memberikan keteduhan yang damai di bawah rindang berlaksa hijauku
Yang menguning seiring usia yang menjadikannya layu memucat
Kemudian mengering dan akhirnya gugur bertebaran menyatu dengan bumi
Namun tetap menjanjikan kehidupan setelah menjadi humus yang menyuburkan pohon sumber hidupku

Seumpama air....
Aku ingin menjadi percikan air yang memancar dari mata air
Yang merendah dari puncak terjal menjadi gemuruh air terjun
Kemudian mengalir tenang menjadi sungai bening
Mengikuti tenangnya arus yang mengarah ke hilir muara
Dan mengalun menjadi bagian deburan ombak samudera luas membiru
Namun akhirnya kembali mengangkasa menjadi awan yang sedia menyejukkan bumi menjadi rintik hujan dan titik embun kala pagi

Seumpama waktu....
Aku ingin senantiasa merasakan perubahan dari masa ke masa
Mengalami dan menikmati perjalanan pada setiap detiknya
Menjadi bagian yang selalu dikenang diantara yang terlupakan
Dan terus berputar mengitari segala dimensi tanpa jeda
Hingga akhirnya berujung pada keabadian kekal

Aku takkan terhentikan...

(Dan akhirnya semua pasti berlalu dan terlewati....)

Minggu, 16 Januari 2011

Tentang Sebuah Harapan..



"Guru mengantarkan murid-muridnya kedepan pintu, mempersilahkan mereka masuk, dan murid-muridnya sendiri yang akhirnya memasuki ruangan itu.."
(Pepatah China)

Menyambut mereka memasuki pelataran dikala pagi seraya mengucapkan salam hangat dalam jabat erat, seperti menatap jauh ke masa depan mereka. Meski mereka seringkali belum memaknai apa sesungguhnya masa depan baginya. Geliat langkah mereka seringkali menyadarkanku, mereka hadir tak hanya sekedar membawa nama-nama dengan seragam-seragam itu. Mereka membawa segenap isi dunia di kepala mereka, karena merekalah pewarisnya kelak..

Mungkin dunia mereka begitu jauh berbeda dengan duniaku dulu. Akupun harus belajar menyadari itu. bahkan aku harus menata hati, melapangkan dada, membuka cakrawala pandang baru menghadapi segala keberadaan mereka, melihat sisi hitam dan sisi putih mereka, serta membuka setiap pintu pemaklumanku..

Sepenuhnya pula aku harus memahami, mereka hadir di tengah hiruk-pikuknya problematika era modern. Mereka berada di masa yang memutar-balikkan alam pikir mereka 180 derajat dari masaku kala lalu. Zaman yang seolah memandu mereka ke arah belantara keduniawian semata. Sungguh betapa hebatnya rayuan kefanaan itu merajai di setiap inci jiwa-raga..

Hmm..ternyata begitu berwarnanya kalian..
Menyadarkan mereka bahwa setiap warna yang mereka miliki sungguh merupakan keindahan dunia menjadi sebuah tantangan tersendiri bagiku..
Membuat mereka mampu mewujudkan segala impian indah mereka diatas bingkai kenyataan adalah pula menjadi mimpiku yang ingin kuwujudnyatakan..

Semoga....




Kamis, 13 Januari 2011

Tentang Seorang Pengamen Kecil....

 "P E N G A M E N"

Apa yang ada dibenakmu ketika mendengar kata itu?

Biasanya kita cenderung memandang sebelah mata
Menganggap mereka tak lebih dari sekedar anak-anak jalanan yang tak mengenal istilah "kerja keras" karena seringkali hanya dengan bermodalkan kemampuan bermusik minimalis dan kekuatan vokal seadanya mereka memaksa kita merogoh saku kita..
(Maaf..tentunya ada yang tidak sepenuhnya begitu)

Seringkali kita melajurkan mereka di tepian barisan orang-orang terbuang dan tersisih..

Namun, ternyata aku sungguh-sungguh terperangah ketika mengenal satu sosok pengamen yang "tidak biasa"


 
Si Pengamen Kecil itu....

"Hey Pengamen Kecil, apa kabarmu?"
Ku dengar engkau masih bersemangat melanjutkan belajarmu di SMA
(atau barangkali SMK?).
Tahukah kau itu  sungguh membanggakanku?
Di antara teman-temanmu yang merasa belajar hanyalah sekedar rutinitas dan kewajiban semata, engkau mendobraknya dengan satu keinginan belajarmu, karena engkau merasa "butuh". Meski terkadang engkau tertatih mengeja ilmu-ilmu, namun itu tak memadamkan hasratmu..

"Hey pengamen kecil, apa kabarmu?"
Masihkah engkau selalu tersenyum menghadapi pahit-getirnya hidupmu?
Di antara mereka yang merasa bangga karena merasa ikut menjadi tuan atas harta orang tua mereka, engkau mampu bersyukur atas setiap keping logam uang yang engkau genggam diatas derai keringatmu sepanjang siang hingga senja menjelang malam. Bertarung melawan nasib di sudut perempatan itu, sesaat setelah engkau melepas seragam sekolahmu..

"Hey Pengamen Kecil, apa kabarmu?"
Entah mengapa aku suka menjulukimu begitu. Seharusnya aku tak memanggilmu seperti itu lagi. Mungkin karena yang terekam dibenakku hanyalah ingatanku tentang seorang pengamen kecil itu. Maaf..terlebih engkau kini tengah beranjak remaja. Ya..menjadi seorang gadis dewasa! Dan lagi, aku belum pernah mengenalimu lebih dekat lagi. Karena ketika itu aku masih membagi ilmu di satu jenjang kelas di bawahmu. Engkau sedang menjelang penantian meraih kelulusanmu kala itu. Akupun semakin salut ketika engkau akhirnya melewatinya dengan perjuanganmu sendiri..

"Hey Pengamen Kecil, apa kabarmu?"
Masihkah engkau selalu bersahaja seperti dulu?
Suatu ketika engkau membuatku tersentak haru, ketika kau datang bersama ibumu menghadap walikelasmu dengan membawa sekantung plastik penuh uang logam recehmu, demi melunasi tunggakan biaya karyawisatamu. Bayangan itu masih tertanam dalam begitu jelas..
Ya.. aku tertunduk malu, ketika teringat saat seusiamu aku masih menengadahkan tangan di depan ayah-ibuku, sedangkan engkau sudah mengerti bahwa hidup tak pernah semudah membalikkan telapak tangan kecilmu..

"Hey Pengamen Kecil, apa kabarmu?"
Terimakasih engkau mengajariku bahwa hidup takkan pernah membanggakan selama kita masih menjadi BENALU....

[senjakala;14102010]

Rabu, 12 Januari 2011

Tentang Sang Waktu

 Seringkali kita menyalahkan juga membenarkannya
Menganggapnya terlalu lama ataupun teramat cepat bergulir
Menganggapnya sebagai sahabat sekaligus musuh terjahat
Tetapi..
Sudahkah kita mengakrabinya lebih dekat?
Sudahkah kita benar-benar merasakan hadirnya?

Sejauh ini, hanya barisan kata-kata di bawah ini yang mewakili apa yang ku kenali tentang
"Sang Waktu"
 

"Mutlak" (1)

Mencoba mengutak-atik waktu

mendorongnya ke depan..
menggesernya ke samping..
menariknya ke belakang..
mengangkatnya ke atas..
membenamkannya ke bawah..

Ternyata ia tetap tak bergeming
Harusnya aku mawas..
Ia memiliki kekuatan yang tak bisa dilawan..


"Mutlak" (2)

Sebenarnya ia tak pernah menunggu atau ditunggu..
Tak pernah mencari atau dicari..

. . K a r e n a  i a  a k a n  s e l a l u  a d a . .

Berjalan tanpa pernah sedikitpun melebihkan atau mengurangi detiknya..
Ia hadir bersama lahirnya semesta, namun ia kekal..
Bahkan saat dunia punah pun ia tetap takkan terhentikan..


"Mutlak" (3)

Pasti..
Bahkan lebih pasti dari segala kepastian yang ada
Takkan melambat meskipun dihambat
Takkan melesat lebih cepat meski dipikat senyuman malaikat
Waktumu pun waktuku 'kan luruh
Punah dan musnah

Sedangkan sang waktu sendiri tetap tanpa batas
Melewati segala ambang batas..


"Mutlak" (4)


Setiap langkahnya selalu menyisakan puing-puing
Yang menanggalkan segala ketidakpastian sebelum masanya terlewati
Dan meninggalkan setiap kenyataaan pasti sesudah masanya terlampaui
Meski mungkin ada yang dapat merekam jejaknya
Namun ia tak dapat direka-ulang kembali

Ia hanya sesaat di setiap ujung detik-detiknya
Kemudian berlalu mengikuti irama rotasi keabadiannya
Dan terus merobohkan apapun di belakang langkah-langkahnya
Namun sembari membangun asa-asa
Memperbaharui mimpi-mimpi dan harapan-harapan
Di hamparan masa-masa dihadapannya

Ia akan tetap setegas dan selugas yang biasanya..

Senin, 10 Januari 2011

"Manusia Pagi"




Hampir setiap pagi kutelusuri beberapa ruas jalan kota ini..
Ya.. berjalan kaki dari rumah kost sampai sekolah tempatku "mencari sesuap nasi"..
Sekitar 30 menit ternyata cukup mengasyikkan bila dinikmati, mulai menit awal jam 06.00 hingga menit ke-tigapuluh-nya..
Seringkali kuhabiskan dengan setengah album lagu yang ku nyanyikan sebagai "sountrack kehidupan" (pinjam istilahnya Adi Kriting), namun kadang juga kuhabiskan hanya dengan diam sambil mengisi ruang khayal di otakku..

Banyak sekali yang bisa kulihat dan kuamati, meski hanya sepintas lalu..
Mulai dari anjing kampung yang dekil, sampai dengan anjing Pudel yang imut2 (jangan heran.. di kota ini banyak sekali binatang2 itu berkeliaran)
Mulai dari orang gila yang.. (maaf) mencari makanan di tong sampah, sampai dengan mba'2 cakep yang menurutku sungguh ngga' pantes jalan kaki.. (he2 prikityuuuw..)
Mulai dari "pit onthel" tukang koran, sampai dengan puluhan "Harley Davidson" yang bikin ngiri ketika bergerombol di sebuah SPBU..
Mulai dari jalan aspal hotmix milik negara, sampai dengan jalan berlubang berlumpur (yang kadang memaksaku untuk "cincing" celana sambil sedikit melompat menghindar)
Sempat juga kirim SMS ke Walikota begini, "Pak, yang butuh citywalk ternyata bukan hanya di Jl. Slamet Riyadi saja, lho!"

Kadang terkaget ketika disapa muridku yang tiba2 muncul dari belakang sambil mengayuh sepedanya.. "Pagi, Pak Pe!" (demikian mereka memanggilku di sekolah)
Tentu saja ku balas sapa mereka dengan diiringi seulas senyum..
Trenyuh, melihat mereka mengarahkan diri ke gerbang sekolah menelusuri jejak masa depan mereka..

Tanpa terasa semua sudah berlangsung selama hampir 4 tahun ini..
Sepatuku pun sebenarnya sudah protes minta "dipensiunkan".. tapi terpaksa kutolak dulu protesnya untuk batas waktu yang belum ditentukan..
Seorang teman pernah berkomentar, "Pak, harusnya yang kamu pakai bukan sepatu pantofel, tapi sepatu olahraga.. he2" (dalam hati ku menyahut, "bener juga Nin.." ha2)

Entah, sampai kapan "hobby" jalan kaki ini akan berlangsung..
Namun yang terpasti pengalaman ini adalah jejak-jejak hidupku yang tak mungkin terhapus sampai kelak aku mulai tak mampu lagi mengingat namaku sendiri..

[suatu senja di suatu sudut kota]