Rabu, 26 Januari 2011

Tentang Kenangan....

"Seringkali kita mengharapkan suatu kenangan terulang kembali, namun akhirnya kita menyadari bahwa kenangan adalah waktu yang tak mungkin berputar kembali"

"Redam"

Kedua kaki rapuh ini masih menumpu penat beban
Belum lagi usai detak langkahnya terngiang-ngiang
Dan ternyata derap waktu kembali berbaur dengan rentetan nyanyian kehidupan
Tanpa tabir....
Tanpa sekat....
Kudengar derunya berpadu
Hingga aku tak bisa membedakan iramanya

Sedang aku belum juga bangkit dari palung khayalan
Masih berharap halusinasi itu menyatakan wujudnya

Entah keseberapa kian kalinya aku mencoba mencecerkan luapan hasrat itu
Ke tepian jalan di tempat aku bersinggah...

P e r c i k  d e m i  p e r c i k . . . .

Namun yang terjadi dan tanpa kusadari sebelumnya
Percikan-percikan itu ternyata menumbuhkan pohon-pohon kenangan
Yang semakin lama kian merindang saat kutinggalkan jejak menjauh....

Saat ini aku mencoba kembali melintasi jalan yang sama
Dan yang terhampar di hadap pandangku adalah belantara hijau kenangan
Tanpa setapak jalanpun yang tersisa untuk kulewati 


Selasa, 25 Januari 2011

Tentang Hujan..



"Sekali-sekali perhatikanlah hujan!"

"Sekali-kali perhatikanlah hujan!", pintanya...
Bagaimana milyaran titik air itu tercurah dari langit
Selayak ingin membasuh bumi yang kegerahan
Menawarkan dingin udara yang 'kan gigilkan hingar-bingarnya hari
Bagaimana redup awan mampu membinasakan garangnya Sang Dewa Surya yang coba hanguskan separuh lingkaran arcapada

"Sekali-kali perhatikanlah hujan!", pintanya...
Seperti saat ini...
Saat sepasang anak kecil itu berlarian dibawah hujan
Mereka menari lepas diiringi ritmik curahnya yang gemuruh
Membebaskan diri dari belenggu apapun juga
Meski mereka tahu, sehabis ini mungkin ribuan hardik cacian 'kan mereka terima berikut demam yang bakal mengusik tidur malammya

"Sekali-kali perhatikanlah hujan!", pintanya...
"Pasti aku 'kan ada disana.", katanya sebelum mengakhiri perjumpaan kami
Ketika kristal-kristal air itu menjelma layar keperak-perakan raksasa di depanku
Ia belum pernah berdusta padaku, dan mungkin tak'kan pernah
Dan sungguh...
Kulihat dia ikut menari, berlari, dan tertawa lepas bersama sepasang anak kecil itu
Dan melintas di depanku...

[November, 2007]

Hujan..


Aku tak'kan pernah mengerti kepastian hadirmu..
Seperti manusia2 lainnya;
Ada yang mensyukuri hadirmu, namun tak jarang pula yang mencaci-makimu..
Ada yang ingit memutar ulang kenangan bersamamu, ada juga yang berusaha menghanyutkan kenangannya dengan curahan airmu..
Ada yang telah sedia membuka payungnya, ada pula yang justru senang bermandikan segarnya airmu..
Bahkan ada yang justru tak mempedulikan samasekali apakah kau ada atau tiada.. 
Saturday, April 23, 2011 at 3:45am


HUJANU4RI

Selalu saja ia berusaha menyita perhatian 

Dengan lukisan berwarna sendu titik-titik beningnya yang memagari bentang cakrawala; 
Dengan alunan nada gemerciknya yang terlantun saat menyentuh setiap jengkal wajah bumi; 
Dengan suatu kisah yang dibisikkan anginnya yang belum lelah jua mengembara; 
Dan dengan dingin nafasnya yang gigilkan raga.. 


Adakah yang kau coba siratkan?


Friday, January 4, 2013 at 4:06pm


JANGAN - JANGAN

Jangan jatuh cinta di saat hujan tiba
Karena hujan terbawa oleh hembusan  helai-helai kerinduan yang melenakan
Maka ketika ia berlalu, kau pasti akan merasa sangat kehilangan di kepergiannya

Jangan tertawa lepas di saat hujan tiba
Karena hujan tersusun dari riuh-rendah suara tak bernada yang menjejali telinga
Maka ketika ia datang, gelakmu akan teredam di gemuruhnya

Jangan bersedih di saat hujan tiba
Karena hujan tercipta dari bulir-bulir kenangan yang terjatuh dan lalu mengalir tak tentu arah
Maka ketika ia turun, dukamu akan kian hanyut terlarut di dalamnya

Jangan marah di saat hujan tiba
Karena hujan terbangun dari kokohnya dinding-dinding hawa dingin yang mengurung
Maka ketika ia menderas, hatimu akan kian mengeras membeku di tengahnya

Namun jangan sebegitu-mudahnya percaya
Karena bisa jadi semua itu hanya perasaanmu saja..

04032016

* Pagi ini tidak turun hujan



Senin, 24 Januari 2011

Tentang Kesetiaan Bersahaja..


"Filosofi Bunga Kamboja"

Tak seindah mawar..
Tak sewangi melati..
Hanya sekedar bunga yang melengkapi kehampaan
diantara beribu sunyi yang nyata di depan mata..

Tak secantik mawar..
Tak sesuci melati..
Begitu sederhana dan bersahaja di tengah gemerlap dunia
Terserak tanpa tersentuh, hanya derai angin yang menyapa hingga luruh..

Tak seanggun mawar..
Tak seelok melati..
Namun hanya ia yang bersedia menaburkan dengan rela kelopak-kelopaknya tanpa mengenal hari
Hanya ia yang 'kan selalu setia mengharumi, ketika akhirnya tak seorangpun yang tersisa datang menaburkan mawar pun melati..

Diatas pusaramu..

[060410]

Sabtu, 22 Januari 2011

Tentang Perpisahan....





"Kereta Senja"


Senjakala perlahan meredup...
Teriring semburat lembayung di tepi barat bumi
Kereta tua itu singgah lagi di stasiun kecil yang semakin uzur pula didera masa
Masih dengan lenguhan bising mesin yang sama
Bahkan polesan warna barunya pun tak mampu menyembunyikan kerentaan usianya
Kereta tua itu masih saja menumpu beban silih berganti, entah beribu-ribu, bahkan berjuta-juta jiwa yang tak pernah berhenti menghela nasibnya
Karena kehidupan ternyata belum jua berujung di satu senja ini

Dan pemandangan yang senada itu belum lagi tergantikan
Ada mata yang sembab berkaca-kaca
Ada jabat erat dan peluk haru
Ada kata-kata tertahan
Ada lambaian tangan
Ada kerinduan yang tertinggal
Ada satu harap perjumpaan kembali
Di stasiun kecil ini lagi...

Kereta tua itu mulai beranjak meninggalkan stasiun kecil ini
Perlahan namun begitu pasti
Menelusuri rel yang seolah menjadi garis takdirnya mengarah
Diantara derit roda-roda baja yang kian lama kian cepat berputar
Dan ia meraung, membekaskan perpisahan sembari memecah hening senjakala
Jejak hitam kepulan asap cerobongnya selayak ingin menyampaikan pesan tersirat
Kereta senja itu masih ingin mengulang nuansa senja ini kembali...

[suatu senja, Oktober 2007]



Rabu, 19 Januari 2011

metamorfozAku..

Setiap manusia pasti mengalami perubahan-perubahan seiring perjalanan usia
Ada yang memilih berubah menjadi lebih baik, adapula yang justru memilih kebalikannya
Semua pilihan, pada hakekatnya hanya manusia itu sendiri yang dapat menentukan

PASTIKAN kita tak menyesali pilihan yang kita PASTIKAN






Jalan inilah yang ku tempuh....


Seumpama daun....
Aku ingin menjadikan keindahan yang menyejukkan dengan kuncup-kuncup mudaku
Memberikan keteduhan yang damai di bawah rindang berlaksa hijauku
Yang menguning seiring usia yang menjadikannya layu memucat
Kemudian mengering dan akhirnya gugur bertebaran menyatu dengan bumi
Namun tetap menjanjikan kehidupan setelah menjadi humus yang menyuburkan pohon sumber hidupku

Seumpama air....
Aku ingin menjadi percikan air yang memancar dari mata air
Yang merendah dari puncak terjal menjadi gemuruh air terjun
Kemudian mengalir tenang menjadi sungai bening
Mengikuti tenangnya arus yang mengarah ke hilir muara
Dan mengalun menjadi bagian deburan ombak samudera luas membiru
Namun akhirnya kembali mengangkasa menjadi awan yang sedia menyejukkan bumi menjadi rintik hujan dan titik embun kala pagi

Seumpama waktu....
Aku ingin senantiasa merasakan perubahan dari masa ke masa
Mengalami dan menikmati perjalanan pada setiap detiknya
Menjadi bagian yang selalu dikenang diantara yang terlupakan
Dan terus berputar mengitari segala dimensi tanpa jeda
Hingga akhirnya berujung pada keabadian kekal

Aku takkan terhentikan...

(Dan akhirnya semua pasti berlalu dan terlewati....)

Minggu, 16 Januari 2011

Tentang Sebuah Harapan..



"Guru mengantarkan murid-muridnya kedepan pintu, mempersilahkan mereka masuk, dan murid-muridnya sendiri yang akhirnya memasuki ruangan itu.."
(Pepatah China)

Menyambut mereka memasuki pelataran dikala pagi seraya mengucapkan salam hangat dalam jabat erat, seperti menatap jauh ke masa depan mereka. Meski mereka seringkali belum memaknai apa sesungguhnya masa depan baginya. Geliat langkah mereka seringkali menyadarkanku, mereka hadir tak hanya sekedar membawa nama-nama dengan seragam-seragam itu. Mereka membawa segenap isi dunia di kepala mereka, karena merekalah pewarisnya kelak..

Mungkin dunia mereka begitu jauh berbeda dengan duniaku dulu. Akupun harus belajar menyadari itu. bahkan aku harus menata hati, melapangkan dada, membuka cakrawala pandang baru menghadapi segala keberadaan mereka, melihat sisi hitam dan sisi putih mereka, serta membuka setiap pintu pemaklumanku..

Sepenuhnya pula aku harus memahami, mereka hadir di tengah hiruk-pikuknya problematika era modern. Mereka berada di masa yang memutar-balikkan alam pikir mereka 180 derajat dari masaku kala lalu. Zaman yang seolah memandu mereka ke arah belantara keduniawian semata. Sungguh betapa hebatnya rayuan kefanaan itu merajai di setiap inci jiwa-raga..

Hmm..ternyata begitu berwarnanya kalian..
Menyadarkan mereka bahwa setiap warna yang mereka miliki sungguh merupakan keindahan dunia menjadi sebuah tantangan tersendiri bagiku..
Membuat mereka mampu mewujudkan segala impian indah mereka diatas bingkai kenyataan adalah pula menjadi mimpiku yang ingin kuwujudnyatakan..

Semoga....




Kamis, 13 Januari 2011

Tentang Seorang Pengamen Kecil....

 "P E N G A M E N"

Apa yang ada dibenakmu ketika mendengar kata itu?

Biasanya kita cenderung memandang sebelah mata
Menganggap mereka tak lebih dari sekedar anak-anak jalanan yang tak mengenal istilah "kerja keras" karena seringkali hanya dengan bermodalkan kemampuan bermusik minimalis dan kekuatan vokal seadanya mereka memaksa kita merogoh saku kita..
(Maaf..tentunya ada yang tidak sepenuhnya begitu)

Seringkali kita melajurkan mereka di tepian barisan orang-orang terbuang dan tersisih..

Namun, ternyata aku sungguh-sungguh terperangah ketika mengenal satu sosok pengamen yang "tidak biasa"


 
Si Pengamen Kecil itu....

"Hey Pengamen Kecil, apa kabarmu?"
Ku dengar engkau masih bersemangat melanjutkan belajarmu di SMA
(atau barangkali SMK?).
Tahukah kau itu  sungguh membanggakanku?
Di antara teman-temanmu yang merasa belajar hanyalah sekedar rutinitas dan kewajiban semata, engkau mendobraknya dengan satu keinginan belajarmu, karena engkau merasa "butuh". Meski terkadang engkau tertatih mengeja ilmu-ilmu, namun itu tak memadamkan hasratmu..

"Hey pengamen kecil, apa kabarmu?"
Masihkah engkau selalu tersenyum menghadapi pahit-getirnya hidupmu?
Di antara mereka yang merasa bangga karena merasa ikut menjadi tuan atas harta orang tua mereka, engkau mampu bersyukur atas setiap keping logam uang yang engkau genggam diatas derai keringatmu sepanjang siang hingga senja menjelang malam. Bertarung melawan nasib di sudut perempatan itu, sesaat setelah engkau melepas seragam sekolahmu..

"Hey Pengamen Kecil, apa kabarmu?"
Entah mengapa aku suka menjulukimu begitu. Seharusnya aku tak memanggilmu seperti itu lagi. Mungkin karena yang terekam dibenakku hanyalah ingatanku tentang seorang pengamen kecil itu. Maaf..terlebih engkau kini tengah beranjak remaja. Ya..menjadi seorang gadis dewasa! Dan lagi, aku belum pernah mengenalimu lebih dekat lagi. Karena ketika itu aku masih membagi ilmu di satu jenjang kelas di bawahmu. Engkau sedang menjelang penantian meraih kelulusanmu kala itu. Akupun semakin salut ketika engkau akhirnya melewatinya dengan perjuanganmu sendiri..

"Hey Pengamen Kecil, apa kabarmu?"
Masihkah engkau selalu bersahaja seperti dulu?
Suatu ketika engkau membuatku tersentak haru, ketika kau datang bersama ibumu menghadap walikelasmu dengan membawa sekantung plastik penuh uang logam recehmu, demi melunasi tunggakan biaya karyawisatamu. Bayangan itu masih tertanam dalam begitu jelas..
Ya.. aku tertunduk malu, ketika teringat saat seusiamu aku masih menengadahkan tangan di depan ayah-ibuku, sedangkan engkau sudah mengerti bahwa hidup tak pernah semudah membalikkan telapak tangan kecilmu..

"Hey Pengamen Kecil, apa kabarmu?"
Terimakasih engkau mengajariku bahwa hidup takkan pernah membanggakan selama kita masih menjadi BENALU....

[senjakala;14102010]

Rabu, 12 Januari 2011

Tentang Sang Waktu

 Seringkali kita menyalahkan juga membenarkannya
Menganggapnya terlalu lama ataupun teramat cepat bergulir
Menganggapnya sebagai sahabat sekaligus musuh terjahat
Tetapi..
Sudahkah kita mengakrabinya lebih dekat?
Sudahkah kita benar-benar merasakan hadirnya?

Sejauh ini, hanya barisan kata-kata di bawah ini yang mewakili apa yang ku kenali tentang
"Sang Waktu"
 

"Mutlak" (1)

Mencoba mengutak-atik waktu

mendorongnya ke depan..
menggesernya ke samping..
menariknya ke belakang..
mengangkatnya ke atas..
membenamkannya ke bawah..

Ternyata ia tetap tak bergeming
Harusnya aku mawas..
Ia memiliki kekuatan yang tak bisa dilawan..


"Mutlak" (2)

Sebenarnya ia tak pernah menunggu atau ditunggu..
Tak pernah mencari atau dicari..

. . K a r e n a  i a  a k a n  s e l a l u  a d a . .

Berjalan tanpa pernah sedikitpun melebihkan atau mengurangi detiknya..
Ia hadir bersama lahirnya semesta, namun ia kekal..
Bahkan saat dunia punah pun ia tetap takkan terhentikan..


"Mutlak" (3)

Pasti..
Bahkan lebih pasti dari segala kepastian yang ada
Takkan melambat meskipun dihambat
Takkan melesat lebih cepat meski dipikat senyuman malaikat
Waktumu pun waktuku 'kan luruh
Punah dan musnah

Sedangkan sang waktu sendiri tetap tanpa batas
Melewati segala ambang batas..


"Mutlak" (4)


Setiap langkahnya selalu menyisakan puing-puing
Yang menanggalkan segala ketidakpastian sebelum masanya terlewati
Dan meninggalkan setiap kenyataaan pasti sesudah masanya terlampaui
Meski mungkin ada yang dapat merekam jejaknya
Namun ia tak dapat direka-ulang kembali

Ia hanya sesaat di setiap ujung detik-detiknya
Kemudian berlalu mengikuti irama rotasi keabadiannya
Dan terus merobohkan apapun di belakang langkah-langkahnya
Namun sembari membangun asa-asa
Memperbaharui mimpi-mimpi dan harapan-harapan
Di hamparan masa-masa dihadapannya

Ia akan tetap setegas dan selugas yang biasanya..

Senin, 10 Januari 2011

"Manusia Pagi"




Hampir setiap pagi kutelusuri beberapa ruas jalan kota ini..
Ya.. berjalan kaki dari rumah kost sampai sekolah tempatku "mencari sesuap nasi"..
Sekitar 30 menit ternyata cukup mengasyikkan bila dinikmati, mulai menit awal jam 06.00 hingga menit ke-tigapuluh-nya..
Seringkali kuhabiskan dengan setengah album lagu yang ku nyanyikan sebagai "sountrack kehidupan" (pinjam istilahnya Adi Kriting), namun kadang juga kuhabiskan hanya dengan diam sambil mengisi ruang khayal di otakku..

Banyak sekali yang bisa kulihat dan kuamati, meski hanya sepintas lalu..
Mulai dari anjing kampung yang dekil, sampai dengan anjing Pudel yang imut2 (jangan heran.. di kota ini banyak sekali binatang2 itu berkeliaran)
Mulai dari orang gila yang.. (maaf) mencari makanan di tong sampah, sampai dengan mba'2 cakep yang menurutku sungguh ngga' pantes jalan kaki.. (he2 prikityuuuw..)
Mulai dari "pit onthel" tukang koran, sampai dengan puluhan "Harley Davidson" yang bikin ngiri ketika bergerombol di sebuah SPBU..
Mulai dari jalan aspal hotmix milik negara, sampai dengan jalan berlubang berlumpur (yang kadang memaksaku untuk "cincing" celana sambil sedikit melompat menghindar)
Sempat juga kirim SMS ke Walikota begini, "Pak, yang butuh citywalk ternyata bukan hanya di Jl. Slamet Riyadi saja, lho!"

Kadang terkaget ketika disapa muridku yang tiba2 muncul dari belakang sambil mengayuh sepedanya.. "Pagi, Pak Pe!" (demikian mereka memanggilku di sekolah)
Tentu saja ku balas sapa mereka dengan diiringi seulas senyum..
Trenyuh, melihat mereka mengarahkan diri ke gerbang sekolah menelusuri jejak masa depan mereka..

Tanpa terasa semua sudah berlangsung selama hampir 4 tahun ini..
Sepatuku pun sebenarnya sudah protes minta "dipensiunkan".. tapi terpaksa kutolak dulu protesnya untuk batas waktu yang belum ditentukan..
Seorang teman pernah berkomentar, "Pak, harusnya yang kamu pakai bukan sepatu pantofel, tapi sepatu olahraga.. he2" (dalam hati ku menyahut, "bener juga Nin.." ha2)

Entah, sampai kapan "hobby" jalan kaki ini akan berlangsung..
Namun yang terpasti pengalaman ini adalah jejak-jejak hidupku yang tak mungkin terhapus sampai kelak aku mulai tak mampu lagi mengingat namaku sendiri..

[suatu senja di suatu sudut kota]